Hola! Setelah beberapa bulan, akhirnya saya perlahan-lahan akan merangkum catatan perjalanan kami saat ke USA december tahun kemarin. Rencana traveling ini sebenarnya sudah ada sejak bulan Juni 2017, namun berhubung masih menunggu kepastian mengenai graduation conference suami di Georgia, semuanya jadi tertunda sampai sekitar Oktober 2017.
Seperti biasa, saya yang bertugas untuk mengatur itinerary, memilih flight dengan waktu terbaik dan mengatur barang-barang untuk dibawa. Untuk apa saja yang dipacking akan saya jelaskan di post tersendiri ya. Saya memilih flight jam 6.30 pagi dengan 2 transit karena saya bawa Sammy, jadi saya menyesuaikan dengan jadwal rutinitas sehari-hari Sammy.
Trip kami kali ini terbagi menjadi 4 bagian di 4 states :
- Atlanta, Georgia.
- Orlando, Florida
- New York City, New York.
- Los Angeles, California
Flight pertama dari Jakarta ke Haneda (Tokyo) dengan Japan Airlines. Saya memilih airlines Jepang dikarenakan service mereka yang impecable. Dan memang penerbangan 7 jam ke Haneda sangat menyenangkan. Makanan dan snack yang diberikan enak, semua cabin crew sangat helpful dan ramah sama Sammy. Penerbangan smooth tanpa turbulence dan tepat waktu. 





Sesampainya di Haneda, kami mencari counter untuk ke penerbangan transit. Luckily saat di soekarno-hatt sy sudah check in all flights, jadi sesampainya disana ada staff orang jepang yang mengarahkan kami langsung ke counter untuk passengers yang sudah check in. Kami memastikan ketersediaan bassinet untuk penerbangan selanjutnya dengan American Airlines. Semua luggage sudah otomatis ditransfer ke penerbangan selanjutnya jadi tidak perlu ke baggage claim.
Setelah selesai di counter transit flight, kami langsung masuk ke security checking dan mencari tempat untuk makan di area boarding room. Disana hanya ada beberapa restaurant yang available dan semuanya waiting list. Semua menu di restaurant tertulis dalam kurs yen dan kami lupa bawa mata uang yen. Saya iseng tanya di yoshinoya dan ternyata mereka terima USD. Selesainya makan, kami ajak Sammy sebentar untuk main di playground yang ada di area boarding room. Tipikal budaya jepang, semua mainannya bersih dan masih bagus. Tidak lama menunggu, sudah ada panggilan untuk flight kami dan berhubung kami bawa baby maka kami masuk daftar priority boarding bersamaan dengan kelas bisnis.


Perjalanan dengan American Airlines tidak semulus dengan Japan Airlines. Cabin crewnya terlihat lebih judes dan cuek, tidak se-attentive cabin crew American Airlines. Turbulence juga lumayan sering, but luckily Sammy was being a very good boy. Perjalanan selama 11 jam akhirnya berakhir di Chicago O’Hare dengan lama transit 5 jam. Sebelumnya saya sudah diberitahu oleh teman-teman yang sudah berulang kali bolak balik USA, bahwa khusus di USA, semua penerbangan transit internasional yang masuk ke area USA walaupun punya tujuan akhir salah satu city di USA, diharuskan mengambil luggage di baggage claim, memasukkan lagi di security check, check in ulang lagi, dan melewati imigrasi lagi. Repot memang.
Sesampainya kami di Chicago O’hare, kami langsung menuju area baggage claim untuk mengambil bagasi kami dari penerbangan sebelumnya, lalu menuju security check. Anjing pelacak ada dimana-dimana di conveyor belt tempat pengambilan bagasi. Setelah mengambil bagasi, kami melewati custom declaration dimana kalau kita membawa daging-dagingan atau barang-barang terlarang lain harus declare. Kebetulan saya declare kalau saya bawa titipan cabe rawit sekilo, tapi si custom staffnya suruh saya lewat saja hihi. Nah, setelah melewati custom declaration ini, kami lanjut lagi untuk check in. Kami pikir antrian untuk drop baggage akan panjang, tapi ternyata ada petugas American Airlines yang datang dan menanyakan apakah trolley yang kami bawa ini untuk ke penerbangan selanjutnya dari penerbangan transit. Kami mengiyakan dan si bule langsung mengambil trolley kami dan seperti scanning barcode dari tag yang ada di setiap koper kami. That’s it? Iya saya juga shock, unlike di Indo yang antriannya bisa mengular sampai pintu keluar.
Nah, Chicago O’hare ini salah satu bandara besar yang ada di USA, jadi kami memutuskan untuk melewati dulu imigrasi dan security checking yang konon katanya super horor supaya ga ketinggalan pesawat. Security checkingnya sangat sangat sangat ketat ya. Kebetulan saya bawa Sammy di baby carrier, jadi saya ada priority lane. Semua barang bawaan yang ada di kantong, jaket, topi, SEPATU bahkan stroller harus dilewatkan di x-ray. Baby food and drinks saya minta untuk dicek manual, dan mereka akan mengetes setiap cairan dan makanan tersebut dengan mengambil sedikit sample. Buat yang bawa baby, gendong saja babynya di baby carrier supaya ga repot harus angkat taruh baby lagi. Sementara suami saya mengurus barang bawaan segambreng, saya diminta untuk langsung melewati RFID Gate, dan ga lama ada petugas datang untuk mengoleskan sesuatu di tangan saya dan saya diminta tunggu selama 2-3 menit. Karena saya bawa baby, saya ga diminta melewati ruangan pengecekan tubuh, dimana kita nanti masuk ke dalam alat tabung itu, mengangkat tangan, dan alat itu akan berputar scanning seluruh tubuh kita. Canggih ya, sudah ga diraba-raba lagi seperti di Indonesia.
Lewat dari security checking yang super duper lama, akhirnya kami masuk ke imigrasi. Konon katanya petugas imigrasinya galak-galak, tapi ternyata ga semenyeramkan itu kok. Saya ga ditanya apapun yang aneh-aneh, again mungkin karena saya bawa baby. Setelah lewat itu semua, masih ada waktu 1,5 jam jadi kami memutuskan makan dulu. Honestly, ga ada yang menarik, semua serba sandwich-sandwich. Akhirnya kami memilih Chili’s. Kami pesan buffalo wings, potato soup, waffle and fries, dan mineral water. Guess what, porsi yang datang sangat tidak wajar banyaknya dan kami cuma bisa menghabiskan setengahnya. LOL. Maklum, masih kepikir porsi di Indonesia yang cimit-cimit. Total damage sekitar USD 70, dan masih ada harus kasih tip 20% dari bill. Shocking! Oh ya, kalau makan di restaurant di US, wajib ya hukumnya kasih tip 15-20% dari total bill. Akhirnya tiba waktu keberangkatan dimana kami naik Delta Airlines menuju Jackson Hartfields Airport, Atlanta.
Kesan pertama : yakin ini pesawatnya? Kok mirip Li** A**?? Yes, sodara-sodara. Sempitnya sangat ga wajar, apalagi saya bawa baby. Jangan kaget kalau naik domestic airlines di USA lalu melihat cabin crewnya sudah oma opa dan ga akan membantu kita untuk memasukkan barang ke cabin. Perjalanan berlangsung selama 3 jam dengan cuaca hujan dan sudah malam. Didalam pesawat, cabin crew menawarkan kami kacang untuk snack dan soft drinks untuk minum. Ga terasa kami tertidur dan akhirnya sampailah kami di Atlanta, Georgia. Baru saja pesawat landing, terdengar suara bunyi handphone masuk. Baru saja pesawat dimatikan mesinnya, banyak penumpang langsung berdiri, bahkan sebelum pilot memberikan tanda seatbelt off. Loh, kok seperti di Indonesia? Shocking. Ternyata bukan cuma orang Indonesia saja yang begini.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan di Indonesia berarti jam 10 pagi, kami amat sangat lelah. Kami segera menuju baggage claim dan menghubungi private car driver yang kami sewa untuk mengantar kami dari airport ke hotel. Shocking selanjutnya, sementara suami mengambil barang-barang kami dari conveyor belt, saya mencari trolley yang biasanya tersedia untuk menampung semua koper, dan…… TIDAK ADA! Jadi ternyata di semua bandara di USA, trolley itu harus sewa sebesar USD 5 dan itu hanya bisa muat 1 koper medium dan 1 koper cabin, sedangkan kami bawa 2 koper medium, 1 backpack 62L, 1 koper cabin, 1 diaper bag. Saat itu bandara sudah sepi sekali, hampir tidak ada orang. Akhirnya ada satu petugas yang membawa trolley panjang sekali menawarkan kami untuk bawa barang-barang kami ke tempat penjemputan dengan biaya USD 25. Ya sudah lah ya, kami sudah lelah sekali, kalau mau sewa trolley sendiri juga ga mungkin bawa 3 trolley sendiri.
Singkat cerita akhirnya kami bertemu dengan Private Car Driver kami yang super amat sangat baik. Kami terpaksa menyewa mobil karena di USA mewajibkan semua bayi dibawah usia 4 tahun harus menggunakan car seat dan disana taxi tidak akan mau pick up unless ada car seat (kecuali taxi di NYC). Hotel kami berada di Chateau Elan, sekitar 1,5 jam dari Atlanta, ya anggap saja mungkin dari Jakarta ke Karawang ya. Waktu mau naik mobil, Sammy rewel mau nenen, jadi saya tanya drivernya boleh ga kalau saya hold Sammy saja. Dia bilang berhubung sudah malam, it’s okay asal tidak kelihatan oleh polisi, karena kalau sampai ditilang polisi, dia bisa kena denda USD 500.
Sebelum sampai ke hotel, kami mampir dulu ke walmart terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan untuk saya dan Sammy, karena selama 3 hari kedepan, suami saya akan conference dari pagi sampai malam dan kemungkinan besar saya dan Sammy tidak ada makanan. Hotel kami terletak di perkebunan anggur dimana tidak ada restaurant disekitarnya dan untuk pergi ke convenient store terdekat itu sekitar 10 minutes drive. Hotel pun tidak menyediakan menu dining untuk tamu. Jadi di walmart kami membeli berbagai macam makanan yang bisa di reheat di microwave, sedangkan untuk keperluan Sammy seperti diaper, baby food, sabun shampoo sudah saya order dari jauh-jauh hari untuk langsung dikirimkan ke hotel.

Long story short, sekitar jam 1 pagi akhirnya kami sampai di hotel, mandi, beberes dan…. kami tidak bisa tidur. Saya paksakan suami saya tidur karena besoknya dia harus persiapan untuk presentation di conference. Sedangkan saya harus menemani Sammy yang super jet lag dan segar bugar.
Sekian cerita panjang Mommy Sammy mengenai perjalanan selama 28 jam dari Indonesia ke USA. Rempong, lelah, tapi seru! Deg-degan karena bawa baby pertama kali naik pesawat dan langsung menempuh perjalanan lebih dari 24 jam. Jadi, mungkin ga traveling long flight dengan baby? Jawabanya cuma mau atau ngga. Semua itu bisa dijalani asal bisa teamwork dan happy. Cerita perjalanan kami di USA, akan saya bahas di post lain, day per day. Stay tune!
Cheers,
Mommy Sammy