Issue yang paling bikin semua Mommies di seluruh dunia galau ini adalah masalah anak tidak mau makan. Sudah coba semua vitamin, sudah bawa ke belasan dokter, sudah coba kasih semua jenis makanan, sudah cek darah dan urine, kok anak saya tetap tidak mau makan? Padahal dari awal MPASI sampai sekitar umur 1 tahun, anak saya makannya lahap dan bagus, tapi kenapa tiba-tiba susah makan? Tenang, Mom ga sendiri kok. Saya juga salah satu diantara para Mommies di seluruh dunia yang setiap hari stress urusan makan anak saya.
Sebelum lebih lanjut saya bahas mengenai issue ini perlu saya garis bawahi kalau tidak semua anak yang tidak mau makan ini dikategorikan GTM (Gerakan Tutup Mulut). Setelah saya konsultasi dengan banyak dokter spesialis anak spesialis kesehatan gizi, ternyata ada istilah yang disebut Fussy Eater. Yes, Sammy salah satunya. Di bawah ini saya akan sharing growth chart Sammy usia 17 bulan.
Tinggi Badan : 80 cm
Berat Badan : 10.6 kg
Lingkar Kepala : 47 cm
Perlu diketahui, growth chart CDC (Center for Disease Control and Prevention) dan WHO ini MENGACU UNTUK ANAK-ANAK DI USA. Growth Chart ini sudah cukup lama jadi kontroversi dikarenakan, seharusnya tidak tepat untuk digunakan untuk anak-anak di ASIA. Dari pengalaman saya selama kuliah teknik, sebuah grafik dibuat berdasarkan data-data yang sangat banyak. Jadi bukan cuma asal buat titik-titik point dan garis-garis, tapi sudah dilakukan research data statistik terlebih dahulu. Masalahnya orang Indo belum serajin orang sana yang mau mengumpulkan statistik untuk membuat Growth Chart versi Indonesia. WHO Growth Chart ini tidak salah untuk digunakan di Asia, tapi tidak sepenuhnya tepat.
Nah kalau dilihat dari Chart diatas, Sammy masih masuk ke dalam kurva pertumbuhan ya, walaupun di ambang batas bawah (lihat titik merah). Chart yang saya gunakan ini khusus untuk ‘boys’, untuk ‘girls’ chartnya berbeda. Mengacu dari chart diatas, salah satu DSA langganan saya sudah ketar ketir, karena seharusnya di usia 17 bulan, berat badan Sammy sudah sekitar 11 kg. Sedangkan 3 DSA lain berpendapat SELAMA ANAKNYA TIDAK SAKIT (sudah cek lab), SEMUA MILESTONES TERPENUHI, stop worrying too much.
Sammy sebenarnya tidak bisa saya kategorikan GTM (Gerakan Tutup Mulut), karena sebenarnya dalam sehari masih ada yang dia makan. Setelah saya banyak baca jurnal ilmiah dan artikel-artikel dari sudut pandang psikolog dan dokter anak, Sammy ini termasuk dalam fussy eater dan picky eater. Oh ya, perlu Mommies ketahui, toddler kita ini PINTAR, semua dokter dan para researcher mengatakan : percayalah, anak anda tidak akan membiarkan dirinya kelaparan.
PICKY EATER vs FUSSY EATER
Seorang anak dikatakan picky eater jika anak tersebut SANGAT SELEKTIF terhadap apa yang dia makan. Picky eater cenderung memiliki “food neophobia”, dimana anak cenderung tidak mau untuk makan bahkan MENCOBA makanan baru. Good newsnya, fase ini biasanya hanya sementara. Researcher telah melakukan studi dan menemukan bahwa diperlukan sekitar 7-15 kali exposure terhadap makanan tersebut untuk akhirnya seorang anak mau menerima makanan baru tersebut. Jadi, kalau baru 2-3 kali anak Mom menolak makan brokoli, coba terus sampai 7-15 kali ya.
Di sisi lain, fussy eater ini tipe yang tidak bisa ditebak. Kalau hari ini anak mau makan mie ayam, besok bisa tiba-tiba dia menolak menyentuh mie ayam. Jadi polanya tidak bisa ditebak. Ini lah yang terjadi pada Sammy. Apa yang dia biasanya suka, bisa tiba-tiba dia jadi ga suka. Jadi saya tidak pernah bisa menebak apa yang dia mau makan setiap kali makan. Inconsistency is the right word.
Menurut The National Center for Biotechnology Information, pada tahun pertama kehidupan anak rata-rata penambahan berat badan anak sebesar 7 kg dan penambahan tinggi badan sebesar 21 cm. Saat memasuki tahun kedua, pertumbuhan hanya sebesar 2,3 kg dan 12 cm dengan kisaran rata-rata berat badan di 12,3 kg dan tinggi badan 87 cm. Antara usia 1-5 tahun, penambahan berat badan akan melambat. Rata-rata anak akan bertambah 1-2 kg dan 6-8 cm per tahunnya. Nah, pada fase toddler ini biasanya anak akan mengalami penurunan nafsu makan.
Banyak hal yang membuat nafsu makan menurun selain faktor dari pertumbuhan yang melambat, ada juga faktor self-development yang sedang berkembang, seperti misalnya sense of autonomy, self-independence, dan survival mechanism. Dalam range umur toddler ini, anak mulai merasa bahwa dirinya punya hak untuk beropini, memilih makanan, mau makan sendiri, dan menolak. Selain itu, berkembangnya survival mechanism dia ini bertujuan untuk self-defense against poisoning themselves. Menurut dr Cindy Gellner dari American Academy of Pediatrics, karena pertumbuhan yang lambat ini, maka kalori yang dibutuhkan oleh anak juga berkurang, jadi seolah terlihat kalau si anak tidak punya nafsu makan. Seberapa banyak jumlah makanan yang dimau oleh anak ini dikontrol oleh appetite center di otak. Anak hanya akan makan dengan jumlah secukupnya yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan energi mereka.
Seringkali, orang tua hanya berfokus pada berat badan dan tinggi badan anak tanpa mempedulikan faktor perkembangan psikologi anak yang juga sedang berkembang, sehingga muncul lah yang dinamakan power struggle. Orangtua yang sering ‘memaksa’ seorang anak yang small eater (porsi makan sedikit tapi sering) untuk makan banyak, seringkali justru membuahkan hasil yang sebaliknya, anak mogok makan. Menurut para psikolog, kebanyakan picky eater dan fussy eater tidak dilahirkan demikian, tapi obsesi orangtua untuk punya anak yang gendut, yang membuat anak punya kesan buruk terhadap proses makan ini.
ALASAN MENGAPA ANAK TIDAK MAU MAKAN
- Pertumbuhan Anak Melambat
Memasuki usia 1-5 tahun, pertumbuhan anak melambat, sehingga calorie intake yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Jadi perlu diingat bahwa konsumsi makan anak menurun dikarenakan laju pertumbuhan anak juga melambat. And this phase will pass eventually. - Terlalu Banyak Tekanan Pada Anak
Banyak yang bilang porsi makan anak umur 1 tahun itu sudah 250 mL sekali makan. WOW. Itu seukuran dengan semangkuk nasi dewasa di Chinese Restaurant loh. Tekanan terhadap orangtua seperti ini membuat orangtua juga menekan anak untuk memberikan porsi sebanyak itu ke anak padahal kapasitas perut setiap anak berbeda-beda. Seringkali anak ‘dipaksa’ untuk menambah sesuap dan sesuap lagi disaat anak sudah ingin berhenti makan. Hal ini membuat anak jadi trauma. Jangan terpengaruh dengan anak si A sudah makan segini banyak, anak si B makan MPASI 4 bintang, hal-hal seperti ini tanpa disadari membuat orangtua menekan anak untuk memenuhi ekspektasi bayangan. - Bribing, Punishing and Threatening Your Kids
Saya akui saya dulu orangtua yang seperti ini. Saya sering mengancam Sammy kalau makan tidak mau dihabiskan, nanti Mommy tinggal. Atau sering juga saya bribe, kalau makan dihabiskan, nanti Mommy kasih snack. Ini kesalahan terbesar saya. Saya tidak membuat suasana makan yang enak untuk Sammy. Dan perlakuan-perlakuan saya yang seperti ini in the past, membuat Sammy trauma di kemudian hari. Kalau anak sudah bilang ‘enough’ then meal time is over. If you want to raise a healthy eater, keep mealtimes positive. - Terlalu Banyak Snack dan Susu
Seringnya saat anak tidak mau makan, orangtua menggantikan dengan susu atau kasih snack. Snack sebagai selingan bagus, tapi snack tidak akan bisa memenuhi kebutuhan gizi anak. Berilah snack yang sehat seperti keju, buah, veggie chips. Jangan berikan snack kalau anak sedang belum makan main meal atau 1-2 jam sebelum makan. Kebutuhan susu anak akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia mereka. Contoh : saat Sammy masih usia 6 bulan dia harus minum susu sebanyak 800 mL. Tapi saat Sammy umur 1 tahun, intake susunya berkurang jadi 600 mL. Nah, orangtua masih sering salah kaprah untuk tetap memaksa anak minum susu yang banyak, sedangkan orangtua lupa bahwa anak sudah perlu nutrisi langsung dari makanan sehat. Yang ada akhirnya, anak sudah keburu kenyang dengan susu atau yang parah, anak mengasosiasikan kenyang dengan minum susu bukan dengan makan. - Makanan Kurang Menarik, Kurang Rasa dan Monoton
Kemungkinan lain adalah makanan yang Mom sajikan kurang menarik dan monoton. Anak usia toddler kemampuan visualnya sudah bagus. Mereka mudah tertarik pada sesuatu yang unik dan berwarna. Kalau Mom hanya menyajikan nasi tim campur-campur setiap harinya, bisa jadi mungkin anak Mom bosan. Coba lah sajikan makanan dengan presentasi yang lebih menarik. Kalau anak bosan dengan nasi, coba dengan jagung pipil kukus, singkong goreng, dan lainnya. Rasa juga penting karena taste bud anak sudah berkembang banyak. Saat anak tidak mau makan, idealisme Mom untuk tidak memberikan garam mungkin boleh sedikit dikurangi - Terus Menerus Menawarkan Makanan
Saya dulu seperti ini, bisa setiap jam saya tawarkan Sammy makanan demi memenuhi target porsi yang saya siapkan untuk dia. Akhirnya Sammy jadi kesal dan sudah antipati. Akhirnya sekarang saya hanya akan memberikan makanan kalau Sammy minta. Yang saya lakukan, saya pajang beberapa makanan dan buah di meja makan, jadi kalau dia lihat dan mau bisa langsung saya berikan - Sakit dan Lelah
Anak yang sedang tidak enak badan (termasuk not feeling well karena tumbuh gigi) pasti nafsu makan akan berkurang. Sakit dalam hal ini juga termasuk anemia dan infeksi saluran kemih. Jadi, coba konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini, apakah perlu cek lab atau tidak. Anak yang lelah juga tidak akan nafsu makan. Jadi pastikan jadwal keseharian anak diatur sedemikian rupa, sehingga jam makan tidak terganggu. - Oversensitive
Saya pernah buat post mengenai Sensoric Processing Disorder Sammy. Dulu Sammy sangat amat sensitif terhadap tekstur dimana dia bisa muntah karena makan makanan yang lumpy atau sedikit padat. Ada beberapa anak yang mengalami texture sensitive misalnya tidak suka makanan benyek, atau oversensitive terhadap rasa. Pada beberapa anak, indera pengecap mereka sangat sensitive. Contohnya Sammy juga tidak suka makanan yang terlalu asin seperti keju, tidak suka makanan asam seperti strawberry. Orangtua perlu mengetahui hal ini dan konsultasi ke dokter untuk mengetahui langkah apa yang sebaiknya diambil - Fussy Eater Parents
Percaya ga percaya, konon katanya orang tua yang fussy eater juga berpengaruh terhadap kondisi anak yang fussy eater sekarang. Seperti menurun katanya.
CLOSURE
Jujur saya ga bisa memberikan saran harusnya seperti apa untuk menangani fussy eater dan picky eater selain untuk BERSABAR dan KONSISTEN dalam menawarkan makanan sehat ke anak. Saya sendiri masih struggle dengan Sammy tapi satu hal yang saya lakukan adalah mengontrol pikiran saya. Pikiran saya yang stress dengan was-was dokter mengenai berat badan, iri melihat anak lain mau makan banyak, akhirnya membuat saya MENEKAN ANAK SAYA SENDIRI dan membuat ANAK JADI TRAUMA MAKAN.
Saat ini di usia 17 bulan, semua milestones Sammy tercapai semua, Sammy pun aktif dan sehat, Anemia dan ISK (Infeksi Saluran Kemih) sudah dicek aman. DSA saya berpesan untuk take it easy karena akan ada saatnya dimana Sammy mau makan banyak. Sekarang ini saya hanya memberikan semampu saya. SETIAP JAM MAKAN (bukan setiap hari), saya selalu menyiapkan 2-3 menu cadangan seandainya main meal yang saya rencanakan ditolak. Saya berusaha membuat makanan yang menarik dengan variasi menu bergizi setiap jam makan. Saya tidak lagi memaksa Sammy makan sampai dia nangis-nangis, tapi saya hanya berikan didepan dia dan 30 menit habis tidak habis akan saya angkat. Yang bisa saya lakukan sekarang adalah mengobati trauma Sammy terhadap makanan dan berusaha memahami perkembangan emosi dia. Saya juga memberikan vitamin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dia sehari-hari yang tidak bisa didapatkan dari makanan.
Pesan saya, jangan terlalu dibawa stress, fokus saja pada milestones perkembangan anak. Karena ada anak yang berat badannya masuk 85th percentile tapi tinggi hanya 40th percentile, yang berarti berat badan anak ini berlebih dari 85% anak pada umumnya. Ini tentunya menjadi tidak sehat ya, sesuatu yang berlebih tidak baik. Ingat saja, anak gendut bukan berarti sehat dan sebaliknya anak yang kurus bukan berarti sakit. Percaya saja, anak kita tidak akan membuat dirinya kelaparan dan suatu hari nanti akan ada saatnya mereka bisa makan lebih lahap. You are not alone. Happy Mothering!
Cheers,
Mommy Sammy
Source :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3474391/
https://healthcare.utah.edu/the-scope/shows.php?shows=0_xs2o10ra
https://www.babycenter.com/0_growth-charts-taking-your-toddlers-measurements_10870.bc