Banyak orang termasuk keluarga saya sendiri yang berulang kali bertanya mengapa saya harus memaksakan diri pergi traveling with baby (now toddler). Egois kah? Kalau dikatakan egois, ya mungkin saya egois karena kalau dilihat ya memang kalau vacation ke luar negeri pasti orang dewasa yang lebih menikmati. Sejauh ini yang saya lihat, Sammy tipikal anak yang suka adventure. Sammy sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru. Selama trip Sammy tidak pernah rewel kecuali kalau diajak shopping yang pastinya membosankan untuk baby. Sammy suka melihat banyak sceneries baru dan luckily, Sammy sangat suka udara dingin. Di pesawat pun, mau 7 jam, belasan jam, 20 jam, Sammy tidak pernah sekalipun rewel, sampai banyak orang memuji kalau Sammy is a very good boy. Jadi sebenarnya egois atau tidak, kembali lagi ke persoanality si anak, apakah anak itu enjoy dengan adventure atau tidak. Trip pertama Sammy itu ke USA, dimana suhu udara saat itu 4 derajat celcius. Did he suffer? Nope. Dia SANGAT enjoy dengan perubahan iklim, yang mana membuat saya dan suami juga surprised dengan kemampuan adaptasi anak ini.

Dalam setiap trip, sebisa mungkin saya menyesuaikan itinerary perjalanan dan aktivitas dengan rutinitas Sammy, sehingga Sammy tidak mengalami culture shock. Tidak ada yang berubah dengan rutinitas Sammy selama traveling, mulai dari bangun tidur, minum susu, makan, snack, main, nap, tidur, semua sama seperti dirumah. Disini pentingnya sequence in daily life, jadi dimanapun anak berada, dia bisa expect apa yang akan terjadi selanjutnya.

Traveling dengan baby itu sangat melelahkan, jauh lebih lelah daripada mengurus anak dirumah sendirian. Bayangkan setiap harinya saya harus jalan belasan jam dengan menggendong Sammy yang berbobot 10 kiloan dan diaper bag yang juga berbobot 10 kiloan. Belum lagi harus turun naik ratusan tangga untuk naik public transport. Pulang ke hotel, saya tidak bisa langsung istirahat, tapi harus mengurus anak, mencuci baju, menyiapkan makanan, dan lainnya. Tapi walaupun amat sangat melelahkan, saya happy, karena saya melakukannya dengan hati. I enjoyed the process. Saya tidak membawa nanny saat traveling, tapi saya pastikan travel companion saya harus bisa support dan menerima kondisi dimana banyak hal tidak terduga yang akan muncul.

Kunci yang selalu saya pegang untuk bisa menikmati vacation dengan baby adalah BEND ALL RULES. Saya tipe ibu yang disiplin terhadap rules untuk anak saya. Tapi saat traveling, saya break all rules. Contoh : Sammy dirumah tidak saya berikan nonton youtube, tapi saat traveling, misalnya saat menunggu antrian imigrasi atau saat menunggu saya mencuci baju, saya ijinkan dia nonton video youtube yang sudah saya masukkan playlist. Atau saatnya makan, biasanya saya mengharuskan Sammy makan yang saya sajikan, tapi kalau sedang traveling saya akan ijinkan dia mencoba makanan atau snack yang dia lihat dan dia mau, meskipun kadang makanan yang dia mau itu chips atau hotdog.

Mengapa sih saya ‘memaksakan’ diri untuk travel dengan anak saya yang masih baby. Here are my top 5 reasons :

 

  1. Lower Down My Stress Level
    It’s hard to stay sane with being almost 24/7 at home. Going to the mall biasanya jadi salah satu solusi, but now when I’m a mom, it’s more exhausting than relaxing. Besides, pergi ke mall itu jadinya boros, barang yang ga perlu dibeli jadi dibeli padahal ga dibutuhkan. So for me, I need a break far away from my home for a while, but also taking care of my baby on my own. My son needs a sane and happy mother to take good care of him.
  2. Meeting New People
    I LOVE LOVE LOVE having new friends. Berhubung almost 24/7 I have almost zero adult interaction, ketemu teman baru apalagi yang berbeda cultures is a gem! Meeting new people means broaden your perspectives!
  3. To Challenge Myself
    Bisa ga ya keeping my baby quiet for 7 hours on the plance? Bisa ga ya urus rutinitas anak dengan equipment seadanya? Bisa ga ya bikin anak happy dengan itinerary yang banyak jalan? Bisa ga ya bikin anak sehat walaupun udara dingin sekali? Bisa ga ya gendong anak 10 jam tanpa gantian sama suami? Yes, I challenge myself as A MOTHER, dan saat saya berhasil, itu menambah confidence saya sebagai ibu.
  4. Exposing My Baby to Adventures and Flexibility
    Salah satu goal saya untuk Sammy adalah mengajarkan dia buat mudah beadaptasi dengan hidup. Because life is a roller coaster with zillion surprises and if he has the ability to enjoy the process, he’d be able to enjoy his life. Saya tidak mau mencetak anak untuk jadi prince yang harus serba dilayani, tapi ya bisa jadi seperti bunglon dimana bisa beradaptasi dalam keadaan apapun. Saat traveling, dia harus belajar untuk mencoba makan apa adanya, dia harus belajar untuk main seadanya, dia harus bisa tidur dimana saja, dia harus bantu saya beberes. So far, Sammy has been a very good boy. He had fun traveling.
  5. Because Life is Too Short
    Saya ga tahu berapa lama lagi saya hidup. Saya ga tau kapan lagi saya punya waktu untuk traveling sama Sammy, mungkin disaat saya banyak uang, Sammy sudah ga excited untuk spend time waktu sama saya. Saat Sammy udah sekolah pasti susah cari waktu buat vacation. Buat saya, uang bisa dicari. Time is priceless. Vacation saat anak masih baby, sama saat anak sudah teenager pasti beda feelnya. Memang Sammy mungkin ga akan ingat vacation dia saat masih baby, oleh karena itu sebisa mungkin saya selalu ambil photo session to capture his happiness. So when he grows up, he can see the pictures showing that Mommy tried to take him to see how beautiful his life is. ❤️

And my ultimate reason to travel is : to create as much memories with my son as we can.

Fill you life with adventure, not things. Have stories to tell, not to show

Cheers,

Mommy Sammy

Similar Posts