Hola Mommies! Sudah 6 bulan terakhir ini saya sedang dalam pencarian preschool yang sesuai dengan kriteria saya di daerah Tangerang dan Serpong. Akhirnya saya berkesempatan untuk trial di beberapa sekolah. Semua sekolah pastinya ada plus minus ya dan pencarian sekolah ini ga semudah memilih yang kata orang bagus, enroll lalu mulai sekolah. Pemilihan sekolah harus didasari oleh visi misi orangtua untuk si anak, karakter si anak, sampai kemampuan finansial orangtua. Di blog post kali ini saya mau share pengalaman saya dan suami sebelum memilih beberapa preschool untuk anak kami. Alasan dan perdebatan mengapa saya memilih memasukkan Sammy untuk sekolah dini akan saya bahas di post lain.

Sebelum memilih preschool, ada beberapa pertimbangan yang saya sudah diskusikan oleh suami dari sejak sebelum Sammy lahir. Visi misi kedua orangtua harus sama ya, jadi sebelum berlanjut menentukan kriteria preschool, samakan dulu pandangan dengan pasangan. Nah, apa saja sih tahapannya sebelum akhirnya ikut trial di beberapa preschool ?

  1. Tentukan Visi Misi Orangtua
  2. Tentukan Kriteria Preschool Yang Ideal
  3. Hubungi Kandidat Preschool Untuk Memastikan Availability Survey dan Trial
  4. Survey dan Trial
  5. Diskusikan School Fee dan Waktu Enrollment

VISI MISI

  • Kemampuan Mengeksplorasi Diri
    Saya dari SD-SMA sekolah di sekolah yang tidak mengunggulkan akademik, tapi lebih mengarahkan anak didiknya untuk mengeksplorasi dirinya dan mengembangkan prestasi kami di bidang yang kami interested. Kami diajarkan untuk MENCOBA BANYAK HAL sehingga akhirnya kami dapat memilih interest kami dimana. Pastinya ga spesifik seperti : oh saya suka di biologi. Tapi lebih ke yang general seperti saya lebih suka komputer, lebih suka alam, lebih suka olahraga dan lain sebagainya.

    Di luar negeri pun sudah menganut pola didik seperti ini dimana anak didik diberi kebebasan untuk memilih interest mereka dimana. Karena tidak semua anak pandai di matematika dan tidak semua anak bodoh di bidang seni. Jadi menurut kami, dengan mengkotak-kotakan anak untuk berprestasi hanya pada mata pelajaran yang sudah diberi label, itu akan menghambat si anak untuk menemukan jalannya. Berapa banyak anak yang depresi hanya karena nilainya di mata pelajaran pas-pasan dan kemudian di cap bodoh oleh sekolah. Lanjut lagi, coba dipikir, kebanyakan dari kita akhirnya mencari uang bukan dengan matematika fisika kimia sosiologi ekonomi kan, malahan banyak dari kita yang akhirnya mencari uang di bidang yang melenceng jauh. Jadi, keputusan kami untuk Sammy adalah explore lah dirimu sedalam mungkin sehingga pada akhirnya kamu punya banyak pilihan untuk memutuskan mana yang kamu cintai. Do what you love, love what you do.

  • Diverse Environment
    Sampai SMP saya bersekolah di sekolah katolik sedangkan suami dari SD sampai kuliah bersekolah di sekolah katolik. Orangtua kami memilih sekolah katolik simply karena terkenal dengan disiplin dan strict rulesnya. Ada satu kesamaan dari sejarah sekolah saya dan suami yaitu dalam lingkungan sekolah kami berbagai macam ras-etnis-agama ada. Sekolah kami tidak mengharuskan orang beragama katolik yang boleh belajar disana. Di sekolah saya dulu mulai dari pribumi Indonesia, Chinese Indonesia sampai bule, dan kami semua berteman baik tidak membeda-bedakan.

    Menurut kami, networking itu salah satu kunci sukses untuk berkarir. Ga peduli seberapa tinggi IPK kamu, seberapa kaya orang tua kami, seberapa pintar kamu, kalau kamu ga punya networking, you’ll die. Jadi, belum tentu si Chinese yang berhasil di kemudian hari, atau belum tentu si Hindu yang gagal di kemudian hari. Saya dan suami akan berusaha mati-matian untuk menghindarkan paham stereotype ini pada Sammy. Jadi, keputusan kami untuk Sammy adalah bertemanlah sebanyak mungkin, kenali semua jenis orang tanpa memandang ras-agama-etnis-agama karena kamu ga akan pernah tau siapa yang akan jadi sahabatmu dan siapa yang akan menolongmu kalau kesusahan suatu hari nanti.

  • Pengalaman Sebanyak Mungkin Bukan Ranking Setinggi Mungkin
    Ini mungkin agak berbeda ya dengan paham orangtua jaman dulu dimana anaknya kalau ranking satu itu bangganya setengah mati. Akibatnya semua orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak di sekolah unggulan dimana anak didiknya banyak memenangkan medali olimpiade. Kebetulan saya melihat dengan mata kepala sendiri dimana adik saya sekolah di sekolah unggulan di daerah tanjung duren, dia bisa tidur jam 2 pagi dan bangun jam 5 pagi, supaya ga tertinggal. Begitu saya lihat soal-soalnya saya shock, karena soal matematika yang diberikan itu setara dengan soal kalkulus semester 2 di kampus saya. Adik saya merely ga punya kehidupan lain selain sekolah, weekends pun dihabiskan untuk belajar atau istirahat. Saya bahkan shock saat adik saya cerita kalau ada teman sekelasnya yang bunuh diri dengan loncat dari lantai atas sekolah. Banyak sekali murid yang depresi. No wonder ya banyak muridnya yang menang medali olimpiade, karena modalnya sistem evolusi. Berikan pelajaran yang sulit, anak yang pintar akan bertahan, anak yang kurang pintar akan tereliminasi, sehingga yang mereka punya hanya sisa bibit unggul.

    Pertanyaannya, apakah itu cukup untuk hidup bermasyarakat dan sukses berkarir belasan tahun ke depan? Belum tentu. So, kami sebagai orangtua tidak mau membuat hidup Sammy hanya dihabiskan dengan buku dan tidak diekspose dengan pengalaman lain. Waktu ga bisa diputar ulang, masa remaja ga bisa digantikan saat nanti usia 30. Jadi keputusan kami untuk Sammy adalah kami akan menyekolahkan kamu di sekolah unggulan yang punya banyak fasilitas untuk menyalurkan hobi dan bakat kamu, yang tidak menilai murid hanya dari ranking, sehingga kamu bisa bertumbuh SESUAI DENGAN USIA KAMU.

KRITERIA PRESCHOOL :

  • Jadwal 2-3 kali seminggu
    Kami akan memasukkan Sammy ke preschool saat usianya 2.5 tahun dan itupun kami masih ga tega karena terlalu kecil. Jadi kami mencari preschool yang punya jadwal 2-3 kali seminggu bukan tiap hari.
  • Montessori or Similar Curriculum
    Kami setuju bahwa di usia Sammy ini yang perlu dilakukan hanya bermain dan eksplorasi. Jadi, kurikulum montessori ini sampai sekarang masih cocok untuk diterapkan karena berpusat pada si anak, bukan teacher center. Jadi teacher yang akan mengikuti kemana minat si anak, bukan murid yang duduk diam memperhatikan guru didepan lalu mengerjakan apa yang disuruh. Again, karena anak yang sudah bisa meronce belum tentu sudah bisa mewarnai, dan sebaliknya. Jadi dengan metode montessori, anak akan diberi kebebasan untuk mengeksplorasi sesuai dengan minat dan bakat dia.
  • Safety and Facility
    Setiap inspeksi ke sekolah kandidat, saya akan cek child proofingnya, mulai dari lantai, electricity, mainan-mainan, meja kursi, tangga, dan lain sebagainya. Karena dengan perbandingan 1 guru dan sekian murid, tidak mungkin bisa setiap detik teliti, intinya accidents happen, jadi sebisa mungkin dihindari. Saya juga mencari preschool yang punya fasilitas cukup memadai ya mulai dari mainan, alat untuk belajar, kursi meja, tools dan equipment sampai ke toilet.
  • Perbandingan Teacher dan Students
    Jika ada sekolah yang punya perbandingan teacher dan students 1 : 30, pasti akan langsung saya coret. Logikanya, kita yang sebagai orangtua saja kadang kesulitan menghandle anak sendiri, jadi bagaimana ceritanya satu orang dewasa bisa menghandle 30 batita yang ngomong saja belum bisa. Kriteria ideal kami 1 : 10
  • English Speaking Environment
  • Experienced Teacher Who Knows What She/He Does
    Kebanyakan preschool abal-abal cuma ambil guru lulusan s1 entah dengan background akademi apapun yang penting bisa bahasa Inggris. Nah, kami ga setuju dengan yang seperti ini. Biasanya saat trial kami akan memastikan si teacher ini memang punya pengalaman di bidang education dan punya pengalaman. Because we are looking for A TEACHER NOT A BABYSITTER.

HUBUNGI KANDIDAT PRESCHOOL
Ini step yang ga boleh terlupakan ya karena setiap sekolah punya rules masing-masing. Ada yang bebas untuk disurvey kapanpun, ada yang bisa trial dan ada juga yang ga bisa keduanya alias harus menunggu saat open house. Jika preschool tersebut punya flexibility untuk trial, segera trial. Karena just because Mom and Dad pikir sekolah itu bagus, belum tentu saat dijalani sebagus itu

SURVEY DAN TRIAL
Saat survey dan trial perhatikan semua checklist kriteria yang sudah dibuat. Nah, di step ini biasanya saya selalu mengikutsertakan suami supaya saya ga subjektif. Biasanya di step ini saya akan ajak ngobrol teachernya dan existing parents yang anaknya sudah bersekolah disitu supaya penilaian kami lebih objektif.

DISKUSIKAN SCHOOL FEE DAN WAKTU ENROLLMENT
Setelah survey dan trial, pastinya kita akan memperoleh informasi harga dan lain sebagainya. Ingat yang perlu dikalkulasikan bukan hanya biaya bulanan tapi list berikut ini :
– uang pembangunan (development fee)
– uang registrasi
– uang aktivitas (kalau ada field trip etc)
– uang seragam

Coba negosiasi dengan pihak sekolah biasanya kalau Mom and Dad mau masuk ditengah tahun ajaran, mereka bisa kasih kelonggaran untuk prorate. Waktu untuk enrollment juga didiskusikan ya karena ada preschool yang start setahun 2 kali, ada yang hanya 1 kali, ada juga yang 3 kali. Nah, tanyakan pula ke mereka kapan sebaiknya anak masuk supaya anak ga minder jadi ‘anak baru’ sendirian.

Setelah tahapan itu semua, diskusikan hal-hal ini dengan suami :
– mengenai kemampuan finansial karena ga lucu kan kalau anak tiba-tiba berhenti ditengah jalan kalau ada masalah keuangan
– mengenai siapa yang akan antar jemput anak ke sekolah
– mengenai jadwal mana yang pas dan disesuaikan dengan rutinitas anak
– mengenai biaya lain saat anak sekolah seperti biaya parkir, biaya makan diluar karena ga sempat masak

Kurang lebih seperti itu tahapan kami sebelum akhirnya memilih preschool untuk Sammy. Ga semudah itu ya memilih pendidikan untuk anak karena banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan ini hal yang sangat serius menyangkut masa depan anak. Sammy baru akan masuk preschool tahun depan, tapi kami sudah tahu kemana Sammy akan masuk. Semoga post kali ini bisa membantu ya.

 

Cheers,

Mommy Sammy

Similar Posts