Ga terasa sudah masuk hari ketiga di Korea dan hari ini sebenarnya rencana awal mau ke Pocheon Art Valley, tapi berhubung jarak yang super jauh dan takut hilang disana, jadi itinerary hari ini diganti jadi :

  • Yongin University
  • Unhyeongung Royal Residence (μš΄ν˜„κΆ)
  • Bukchon Hanok Village (tea house)
  • Myeongdong (shopping)
  • Myeongdong Cathedrale

Semalam saat saya dan teman-teman Korea saya pojangmacha mereka nanya ke saya : Kamu ngapain ke EHWA University? Belum pernah ke Yonsei University ya? Coba deh kesana, itu Uni saya dulu, dijamin kamu bakal jatuh cinta karena jauh lebih cantik daripada EHWA.

Nah, hari ini akhirnya saya berniat untuk mendatangi Yonsei University yang lokasinya ada di Sinchon-dong, Seodaemun-gu, Seoul. Kalau di USA ada yang namanya Ivy League, di Korea ada yang namanya SKY, dimana 3 top universitas disana diranking dan salah satunya adalah Yonsei. Yonsei ini salah satu universitas paling tua di Korea yang didirikan tahun 1885. Yonsei juga medical school pertama yang ada di Korea. Jadi yang mau masuk kedokteran berlomba-lomba untuk lulus dari Universitas ini.

The history of Yonsei University began on April 10th, 1885, as Korea’s first modern hospital “Gwanghyewon.” Two weeks after opening, King Kojong gave Gwanghyewon a new name – “Chejungwon.” Gwanghyewon was established by a medical missionary, Horace N. Allen. Prior to opening, missionary Horace G. Underwood visited Korea, assisting in medical treatment at Chejungwon while starting his work in education and missionary activities. These two missionaries’ work that is based in Chejungwon has become the foundation of Yonsei.

https://www.yonsei.ac.kr/en_sc/intro/history1.jsp

Sesampainya di Yonsei, saya shock. Ini universitas GUEDE BANGET, dan terlihat gedung disebelahnya ada rumah sakit Yonsei juga. Saya berjalan menyusuri pintu masuk Yonsei, banyak kursi-kursi buat duduk-duduk dengan pohon-pohon yang dedaunannya bersemu merah coklat.

Pemandangan dari Gerbang Yonsei

Sembari berjalan menyusuri deretan gedung-gedung fakultas yang guede-guede banget, sampai lah saya di sebuah bangunan yang terlihat seperti rumah kuno. Setelah bertanya ke teman saya, ternyata itu adalah “Gwanghyewon” alias rumah sakit pertama kali yang ada di Korea. jadi dulu bangunan itu dipakai sebagai klinik sebelum adanya rumah sakit. Nama tempat ini diubah oleh King Gojong menjadi “Chejungwon”.

ini pintu masuk ke “Chejungwon.”
saya berfoto di depan “Chejungwon.”

Saking luasnya Yonsei University ini bahkan mempunyai hutan sendiri, punya parkiran basement, dan bangunan-bangunan lamanya mirip seperti gedung sekolah di Hogwarts.

Salah satu bagian depan ‘hutan’ di Yonsei. Dijamin kalau di Indonesia pasti isinya mahasiswa pacaran disini πŸ˜€

Setelah menghabiskan waktu sekitar 2 jam di Yonsei, akhirnya saya memutuskan untuk berpindah lokasi ke Unhyeongung Royal Residence (μš΄ν˜„κΆ). Sebenarnya tujuan mendatangi tempat ini semata-mata karena mau berkunjung ke rumahnya Goblin (K-Drama starring Gong Yoo). Jadi lokasi yang dipakai sebagai ‘rumahnya’ goblin ini sebenarnya sekolah/uni. Sesampainya disana ternyata ga bisa masuk karena sejak film Goblin jadi banyak turis datang dan ‘mengganggu’ kegiatan disana. Ya sudahlah akhirnya cuma bisa lihat setengah bangunan dari dalam Unhyeongung Royal Residence.

rumah putih dengan 3 jendela didekat pohon itu lah rumah si Goblin

Ga lama saya habiskan waktu disini, ga terasa perut sudah keroncongan dan sesuai jadwal, hari ini wajib makan Tosokchon Samgyetang. Kalau kamu ke Seoul, kami wajib makan Samgyetang disini, dijamin kamu ga akan bisa menemukan samgyetang kayak gini di Indonesia.

Saya datang sekitar jam 3 sore dan restoran sudah sepi. Kalau mau ke Tosokchon, datanglah sekitar jam 11 pagi dan sekitar jam 3-4 sore, dijamin kamu ga perlu antri. Ini kedua kali saya ke Tosokchon dan pesanan saya seperti biasa 1 porsi Samgyetang plus additional Ginseng. Harga per porsi relatif mahal, tapi saya tipe traveler yang gila makan, jadi saya rela buang uang untuk menikmati makanan yang memang enak. Toh ga setiap tahun kesini kan, jadi saya lebih banyak spend untuk benar-benar menikmati experiencenya.

Samgyetang

Kalau kamu baru pertama makan disini, jangan kaget kalau kuahnya terasa tawar. Dimeja sudah disediakan garam dan merica untuk kamu tambahkan sendiri sesuai selera. Kamu juga akan disuguhi Ginseng liquor sebagai penutup setelah makan samgyetang ini. Hati-hati ya makannya karena puanas banget, tapi emang kamu harus makan saat lagi hangat. Setelah makan seporsi ini dijamin kamu bisa skip makan 1x (saya skip dinner sehabis makan ini seporsi).

Perjalanan dari Tosokchon dilanjutkan menuju Bukchon Hanok Village. Saya mengambil bus dari depan tempat tunggu di depan Gyeongbokgung Palace. Kali ini saya skip Gyeongbokgung Palace karena RUAME banget dan memang ga berniat kesana.

Sesampainya di Bukchon Hanok Village, saya pun merasa menyesal pergi kesini. Melihat tangga-tangga yang menyeramkan banyaknya dan curamnya jalanan, ini sepertinya saya harus pakai koyo lagi nanti malam. Bukchon Hanok Village ini sebenarnya masih merupakan residential area ya, benar-benar masih ditinggali oleh warga lokal, jadi pleaseeeeee banget kalau kamu kesana, jaga manner dan suara kamu. Seperti biasa saya melihat turis Indonesia dan Mainland sering ga memperhatikan manner demi mendapat foto yang bagus. Ga jarang juga turis-turis ini berisik padahal sudah banyak pemandu disana yang berkali-kali mengingatkan untuk ga berisik.

Salah satu sudut bukchon hanok village

Disini sebenarnya saya mencari traditional tea house yang katnaya wajib dikunjungi. Setelah nyasar berkali-kali dan dibantu oleh seorang Ahjussi, akhirnya sampailah saya di traditional tea house yang sepiiii banget, ga ada pengunjung lain selain saya. Disini saya mencoba teh yang disarankan oleh si ownernya.

pintu masuk ke tea housenya
bokbonja tea

Saya memutuskan untuk order bokboonja tea. Enak ga? Jujur rasanya aneh, asem sedikit pahit. Tapi kalau dimakan dengan cemilan kue dan rice crackers yang dikasih, jadi better. Untuk experience sih boleh lah dicoba, tapi untuk kembali lagi sepertinya ngga.

Waktu menunjukkan jam 5 sore, saatnya saya bertolak menuju Myeongdong. Jadwal ke Myeongdong hari ini sebenarnya bukan buat shopping full sih, tapi karena mau ketemu teman Korea saya yang lain.

Setelah sedikit (beberapa kantong sampai tangan dua ga cukup) berbelanja, akhirnya saya bertemu dengan Jin Young. Si cantik Jin Young langsung mengajak ke restoran yang dia rekomendasikan karena jjajangmyeon dan jjampongnya enak banget. Melewati jalan berliku sana sini, lewat gang-gang kecil, akhirnya sampai lah di restorannya. Restorannya kecil dan ada di lantai 2, tapi ternyata waktu saya post di instagram highlight saya ternyata followers saya mengenali muka si chefnya yang terpampang di depan restonya, katanya Chef terkenal sekali.

Tangsuyuk
Jjampong
jjajangmyeon

3 menu diatas adalah menu makan malam saya, ga lupa soju dan beer πŸ˜€ WOW WOW WOW ini BUESAR sekali porsinya. Enak ga? enak banget!! ini dimakan bertiga pun masih sisa loh. Nanti akan saya update ya jalan menuju ke resto ini dan nama restonya.

Ga terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan kami asik mengobrol. Masih ada satu tujuan lagi yang belum dikunjungi : Myeongdong Cathedrale. Dengan berbekal membawa Jin Young, melewati jalan-jalan yang saya pun ga inget lagi, sampailah akhirnya kami di Myeongdong Cathedrale.

Gereja ini sudah ada lama sekali ya dari jaman raja-raja terakhir. Di Korea memang cukup banyak umat Nasrani. Myeongdong Cathedrale salah satu gereja yang banyak didatangi karena selain bangunannya yang cantik, lokasinya juga ada di tempat yang prime.

Myeongdong Cathedrale jaman baheula
Saya, Jin young dan teman saya Yoke di depan myeongdong cathedrale

Dengan berakhirnya foto di Myeongdong Cathedrale, selesailah perjalanan hari ketiga di Seoul. Jin Young besok sudah harus kerja lagi dan kaki saya pun sudah tidak bisa berkompromi. Akhirnya kami berpisah di subway station untuk mengakhiri perjalanan hari ini.

Thank you for reading. Ditunggu posting untuk Day 4 ya.

Cheers.

Mommy Sammy

Similar Posts